Namaku Helen, Aku berumur 14 tahun. Kantung mataku yang berwarna hitam menunjukkan bahwa diriku tidak pernah tidur dengan nyenyak. Aku tidak peduli dengan rambut hitam yang acak-acakan ini, aku tidak terlalu peduli untuk mengurus diriku sendiri. Aku rasa itu tidak perlu.
Tempat dudukku berada di belakang dan bersebelahan dengan kaca jendela, aku selalu duduk dengan tenang sambil menggambar, karena itu seperti segala sesuatu bagiku. Aku tidak terlalu suka bersosialisasi dengan orang, membuatku seperti selalu sendirian.
Disitu ada orang yang selalu didorong ke lantai setelah pulang sekolah. Namanya Tom, siswa korban bully, bukan karena ia telah melakukan sesuatu tapi karena kebencian orang-orang di sekitarnya. Hal ini terkadang dilakukan, dan aku selalu memperhatikannya. Meskipun aku merasa kasihan dengan Tom, aku tidak ingin ikut campur, karena itu akan sangat merepotkan.
Saat istirahat, Judy mengatakan dia kehilangan jam tangannya dan ia mencarinya kemana-mana. Aku tidak membantunya, karena itu bukan urusanku. Tiba-tiba, seseorang melihat sesuatu berkedip didalam tasku.
"Apa ini?" Kata Ban, sambil meletakkan tangannya ke dalam tasku, dan mengeluarkan sebuah jam yang dipangkas dengan berlian palsu. Aku sangat terkejut melihat itu, aku tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. "Ah! Itu arlojiku !"Judy langsung mengambil jam tangan itu dari Ban. Keduanya menatapku dengan tatapan aneh. "Bukan aku" kata ku, yang masih menggambar pada buku tulis tanpa mengangkat kepalaku sedikitpun. "Ya Baiklah" Judy lalu meninggalkan kelas dengan Ban sembari menjelaskan sesuatu.
Keesokan harinya, seperti biasa, aku duduk di bangkuku. Aku melihat suasana di sekitarnya jadi tidak biasa, orang-orang mulai berbisik-bisik tentang aku, dan bahkan beberapa orang mulai menyebutku "Pencuri". Aku memutuskan untuk tidak menjelaskan/membela sesuatu tentang diriku sendiri, karena aku tahu bahwa tidak ada gunanya untuk melakukanya.
Dengan berjalannya waktu, aku menjadi target bullyan baru bagi murid-murid di kelasku, semuanya aku sekarang lakukan dengan berlebihan. Aku tidak menyukainya, tapi aku tidak dapat melawan. Aku terus menahan perasaan dalam hati, yg kulakukan hanya tetap diam.
Sampai suatu hari, Ban datang ke bangkuku dan mengambil paksa buku tulisku, dengan gambaranku yang belum selesai. "Selalu melakukan hal-hal tak berarti" kata Ban sambil merobek beberapa halaman di buku gambarku, merobek menjadi potongan-potongan kecil, ia sangat ingin melihat reaksi dari ku. Pada tingkat ini, perasaan diriku yg selama ini aku tahan langsung meledak. Aku meninju Ban di wajah, dan ban mulai melawan. bagaimanapun aku terlalu lemah , jadi aku dipukuli dalam waktu singkat. Siswa lain mengermuni untuk melihat pertarungan, mereka tidak menghentikan pertarungan itu beberapa orang bahkan menginjak wajahku dan perutku.
Tepat setelah bel berbunyi, semua orang panik dan langsung kembali duduk di bangku masing-masing sebelum guru datang. Aku kembali ke kursiku, seakan tak terjadi apa-apa. Gurupun memasuki ruangan , "Oh Astaga, Helen! Apa yang terjadi!? " aku memiliki begitu banyak memar terlihat pada diriku dan itu langsung diketahui oleh guruku setelah ia memasuki ruangan. Semua orang menoleh ke arahku, menunggu untuk memberikan tanggapan sementara ban memelototiku dengan tatapan pembunuh. "Aku jatuh dari tangga, bu." Aku membalasnya lalu mereka berhenti menoleh kearahku.
Setelah pulang ke rumah, orang tuaku juga bertanya apa yang terjadi, dan aku merespon dengan jawaban yang sama. Aku memakai jaket biru untuk menyembunyikan memar selain yang di wajahku. Orang tuanya percaya tanpa keraguan. Biasanya, ketika orang tua ku bertanya tentang bagaimana diriku di sekolah,aku akan bilang bahwa aku baik-baik saja. Aku bahkan sering berbohong tentang diriku yang memiliki banyak teman, menjalani hidup bahagia setiap hari. Aku menolak untuk memberitahu orangtuaku tentang kebenarannya , karena aku tidak ingin membuat orang tuaku khawatir tentang diriku.
Beberapa bulan kemudian, aku telah terbiasa mendengar komentar negatif tentangku dari murid-murid di kelas, dan dipukuli atau dipermalukan telah menjadi peristiwa normal bagiku, aku benar-benar kebal dengan hal-hal seperti ini sekarang. Siapa yang menjebaku dengan menaruh arloji itu di tasku? Mengapa pelakunya melakukan ini? Ini tidak penting lagi. Tidak ada yang penting lagi.
"Hi! Kau di sana? "Aku menerima pesan dari pengguna yang tidak diketahui di Facebook." Siapa kau? "Aku menjawab. "Aku Tom, teman sekelasmu." Tom tidak pernah berinteraksi dengan aku sebelumnya. Ini sedikit mengejutkanku. "Ada apa?" Kataku. "Um ... kau baik-baik saja?" Tanya tom "Itu bukan urusanmu." Aku menjawab pertanyaan Tom. Tom mengetik , "Dengar, aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang. Kau tepat dalam situasi yang sama seperti diriku. Aku benar-benar ingin membantumu, tapi aku tidak bisa ... maaf. "Setelah itu, Tom dan aku saling chattingan di facebook dalam waktu yg lama, dan aku merasa jauh lebih baik setelah mengatakan kepadanya semua rasa sakit dan perasaan yg telah ku lewati. Aku bahkan bisa membuat lelucon dengan Tom, aku sering menggunakan emoticon " :) " untuk menunjukkan kebahagiaanku. Ini adalah pertama kalinya, aku pikir aku telah membuat teman baru.
Saat itu cuaca cukup hangat di sore hari. "Ayo temui aku di atap setelah pelajaran pertama di sore hari. Kita perlu bicara, jangan tanya lagi. " tom Mengirim sms terakhir Untuk malam itu. Aku Mengikuti instruksi nya aku bertemu Tom di atap, melambaikan tanganku dan berjalan ke arahnya dan mengatakan "Hey Tom! Ada apa, teman? ". "Umm ... Aku Memiliki sesuatu untuk dikatakan ... sesuatu yang sangat penting ..." kata Tom dengan wajah serius. "Ingat insiden pencurian?" Kata tom, Bagaimana aku bisa melupakannya? Begitulah aku mulai menderita! Aku mengangguk untuk menunjukkan bahwa diriku mengingatnya. "Aku pelakunya!" Tom menunduk, takut untuk melihat ke mataku. "APA ?!" Aku sangat Kaget. "Aku mencuri arloji Judy dan menuduh kamu sebagai pelakunya." Jelas tom "Mengapa kau melakukan ini?" tanyaku "Dengan kau sebagai target korban baru, hidupku menjadi jauh lebih baik." jawab tom. Memang benar, ketika semua orang memutuskan untuk membully diriku, mereka tidak mengganggu Tom lagi. Dia hanya seperti mainan ditinggalkan. Baginya yang benar-benar sempurna. Selama dia terus diam ia akan mampu menjalani kehidupan sekolahnya aman dan sehat. Dia berhasil, rencana itu luar biasa sempurna.
Aku meraih kerah kemejanya, dan mendorong tom sedikit, tom akhirnya dekat tepi atap. Tom tergelincir dan jatuh dari atap. Aku Seketika meraih tangannya, dan mencoba untuk menariknya kembali, tapi aku tidak memiliki cukup kekuatan untuk melakukannya.
"Aku sangat menyesal, Helen" kata tom lalu Tom jatuh. Aku menutup mata, takut melihat apa yang akan terjadi. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelah jatuh dari bangunan yang tinggi. Setelah polisi tiba, mereka mewawancarai diriku. Aku juga ngeri dengan kecelakaan, namun,aku tidak mengatakan bahkan sepatah kata pun.
Sekali lagi, aku menjadi topik diskusi antara siswa. Beberapa orang berpikir diriku mendorong Tom dari atap, tapi sebagian besar yang lain berpikir bahwa Tom Berkomitmen bunuh diri, dan aku gagal menyelamatkan dia, karena mereka melihat aku meraih tangan Tom sebelum dia jatuh.
Malam itu, aku berada di kamar sambil menangis, meringkuk, dan aku tidak dapat menghentikan tuduhan bersalah dari dalam diriku. Aku perlu menenangkan diri, dan tiba-tiba terlintas ide dalam pikiranku: "Ini bukan salahku bahwa Tom meninggal. Dia layak untuk mati! " Ini membuatku merasa jauh lebih baik, dan tuduhan bersalah mulai memudar. Aku lalu tersenyum dengan mengerikan, "Tom memiliki hukumannya ... aku kira sudah waktunya bagi orang lain untuk memiliki hukuman, bukan?" Teriakku berubah menjadi tawa dalam kegelapan.
Teman sekelas ku memutuskan untuk mengadakan pesta pada hari Halloween, padahal acara sebenarnya tidak untuk merayakan Halloween, itu hanya untuk mengundang teman-teman mereka datang bersama-sama untuk pesta. Tentu saja, aku tidak diundang ke pesta. Malam sebelum hari Halloween, Judy dan Maggie chatting satu sama lain di Facebook. Keduanya tinggal di asrama sekolah, dan kamar Judy bersebelahan dengan Maggie.
09:03 - Judy: siapa saja yang akan datang pada pesta besok? Aku sangat bersemangat :D
09:03 - Maggie: sebagian besar murid kelas kita akan berada di sana. Tapi aku mengirim sms ke Ban hingga beberapa kali, dan meskipun semua pesan yang aku kirim entah akan baca atau tidak, dia tidak pernah menjawab sms ku. Apa Ada yang salah dengan dia?
09:04 - Judy: dia mungkin sedang bekerja ,kurasa
09:06 - Maggie: kurasa ada yang aneh sedang terjadi ... Aku mendengar sesuatu dari pintuku pada waktu yang lama ... Saya pikir ada seseorang yg berjalan di sekitar kamarku
09:06 - Maggie: tunggu, aku akan pergi cek
(Ia menggunakan lubang di pintu untuk mengecek, Maggie melihat sesuatu yang tidak biasa ...)
09:07 - Maggie: Ya tuhan!! ada seorang pria di luar yang mengenakan topeng dan jaket biru, dan dia memegang pisau. dan BADANNYA PENUH DARAH !!
09:07 - Maggie: Sial! dia mengetuk pintu ku sekarang
09:08 - Maggie: ya tuhan ya tuhan ya tuhan!!!!
09:08 - Judy: tenang saja, dan ambil senjata atau sesuatu
09:08 - Judy: lindungi dirimu!
09:09 - Maggie: Dia memutar gagang pintu, hal yang buruk, untung seingatku aku sudah mengunci pintuku
09:09 - Maggie: Aku takut !!
09:09 - Judy: Maggie
09:09 - Maggie: apa yang harus aku lakukan ?!
09:09 - Judy: Maggie, dengarkan aku!!
09:09 - Maggie: SELAMATKAN AKU!
09:09 - Judy: Maggie, tenang
09:09 - Judy: Maggie??
09:10 - Judy: Maggie?
09:10 - Judy: Kau disana?
Pesan tersebut ditampilkan untuk dibaca, tapi Judy tidak melihat maggie merespon chatnya. Lalu Judy mendengar suara membuka pintu kamar. Lalu dia berbalik, dia merasa sakit yang mengerikan di perutnya. Seseorang berdarah yang mengenakan topeng dan jaket biru menerobos ke ruangan dan menusuk dirinya.
Malam itu, semua siswa yang berada di asrama dibunuh. Tidak ada yang tahu bagaimana pembunuh yang melakukannya. Pembunuh menggunakan darah korban untuk melukis di dinding asrama, dengan sebagian besar lukisan didinding " :) ". Banyak mayat yg tercincang dan dihaluskan, mungkin untuk mendapatkan lebih banyak "pigmen" . Helen Otis, pelakunya, masih hilang saat ini.
Namun, di chat room di mana Judy dan Maggie mengirim pesan satu sama lain, pesan itu tertulis yang menanggapi pesan pertama Judy jam
09:03:
"11:15 - Judy: Tidak perlu gembira tentang besok :) , karena tidak akan ada hari esok.
09:03 - Judy: siapa saja yang akan datang pada pesta besok? Aku sangat bersemangat :D
09:03 - Maggie: sebagian besar murid kelas kita akan berada di sana. Tapi aku mengirim sms ke Ban hingga beberapa kali, dan meskipun semua pesan yang aku kirim entah akan baca atau tidak, dia tidak pernah menjawab sms ku. Apa Ada yang salah dengan dia?
09:04 - Judy: dia mungkin sedang bekerja ,kurasa
09:06 - Maggie: kurasa ada yang aneh sedang terjadi ... Aku mendengar sesuatu dari pintuku pada waktu yang lama ... Saya pikir ada seseorang yg berjalan di sekitar kamarku
09:06 - Maggie: tunggu, aku akan pergi cek
(Ia menggunakan lubang di pintu untuk mengecek, Maggie melihat sesuatu yang tidak biasa ...)
09:07 - Maggie: Ya tuhan!! ada seorang pria di luar yang mengenakan topeng dan jaket biru, dan dia memegang pisau. dan BADANNYA PENUH DARAH !!
09:07 - Maggie: Sial! dia mengetuk pintu ku sekarang
09:08 - Maggie: ya tuhan ya tuhan ya tuhan!!!!
09:08 - Judy: tenang saja, dan ambil senjata atau sesuatu
09:08 - Judy: lindungi dirimu!
09:09 - Maggie: Dia memutar gagang pintu, hal yang buruk, untung seingatku aku sudah mengunci pintuku
09:09 - Maggie: Aku takut !!
09:09 - Judy: Maggie
09:09 - Maggie: apa yang harus aku lakukan ?!
09:09 - Judy: Maggie, dengarkan aku!!
09:09 - Maggie: SELAMATKAN AKU!
09:09 - Judy: Maggie, tenang
09:09 - Judy: Maggie??
09:10 - Judy: Maggie?
09:10 - Judy: Kau disana?
Pesan tersebut ditampilkan untuk dibaca, tapi Judy tidak melihat maggie merespon chatnya. Lalu Judy mendengar suara membuka pintu kamar. Lalu dia berbalik, dia merasa sakit yang mengerikan di perutnya. Seseorang berdarah yang mengenakan topeng dan jaket biru menerobos ke ruangan dan menusuk dirinya.
Malam itu, semua siswa yang berada di asrama dibunuh. Tidak ada yang tahu bagaimana pembunuh yang melakukannya. Pembunuh menggunakan darah korban untuk melukis di dinding asrama, dengan sebagian besar lukisan didinding " :) ". Banyak mayat yg tercincang dan dihaluskan, mungkin untuk mendapatkan lebih banyak "pigmen" . Helen Otis, pelakunya, masih hilang saat ini.
Namun, di chat room di mana Judy dan Maggie mengirim pesan satu sama lain, pesan itu tertulis yang menanggapi pesan pertama Judy jam
09:03:
"11:15 - Judy: Tidak perlu gembira tentang besok :) , karena tidak akan ada hari esok.
~END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bebas Berkomentar